Being Princess

Aku teringat pernah membaca sebuah kata yang bertuliskan, “I’m not waiting for a prince. I’m waiting for the one who thinks I’m his princess.”

aku langsung saja menyukai kata-kata itu dan aku meyakininya dalam hati. aku menginginkan seseorang yang menjadikanku putrinya.


Rasanya sudah lama sekali saat sesudah aku membaca kata-kata itu. Waktu terus berlalu hingga aku beranjak dewasa dan mulai mengerti sedikit-demi-sedikit arti kata ‘putri’ dan ‘menunggu’. Ternyata bukan cuma mimpi yang diperlukan untuk membuatnya menjadi nyata.


aku pernah merasakan manisnya di manja bahkan pahitnya dikhianati. melihat ketulusan dimata orang yang kau kasihi sekaligus melihat kebohongan di matanya.


awalnya aku merasa gigih dan tidak akan menyerah.


Tapi semua rasa pahit yang ku alami belakangan ini mengendurkan semangatku hingga aku memutuskan untuk diam. tak bergerak. bahkan tidak menunggu lagi.


Melihatnya waktu itu untuk yang pertama kalinya mendebarkan jantungku. sebuah perasaan aneh ketika aku sudah memutuskan untuk menyerah. aku masih ingat, pertama kali aku melihatnya saat bermain gitar. suaranya menyanyikan entah lagu apa, aku sudah lupa, melekat dan berdengung terus di telingaku. Oh God, aku merasa jatuh cinta.


Aku mulai merasakan semangat itu lagi. Semangat mendapati seseorang yang ingin menjadikanku putrinya. aku mencoba segala yang aku bisa. mendekatinya. ngobrol dengannya. hanya agar bisa mendengar suaranya yang selembut beledu itu. oh, bahkan tawanya bisa membuat duniaku ikut tertawa.


Well, sayangnya semua itu tidak berlangsung lama. Ia memiliki seseorang yang ia puja dan ia ingin wanita itu menjadi putrinya. Rasanya seperti Cinderella yang batal pergi ke pesta dansa waktu aku mengetahuinya.


aku menelan pahit lagi. memejamkan mata dan merasakan kegelapan itu menyergapku kembali.


sampai pada suatu malam aku mengingat kata-kata itu lagi. aku tertegun. dan mendapati diriku menangis, bukan menangis penuh duka, tapi airmata yang keluar begitu kuat. aku mendapatkan kekuatanku kembali. aku tidak ingin terlalu larut dan tidak akan membiarkan diriku menjadi lemah dan tidak berdaya. aku tidak akan menunggu seseorang yang akan menjadikanku putrinya, tapi akulah yang akan membuat pria itu sebagai pangeranku.


Butuh usaha keras. Tapi aku akan terus mencoba.


Well, siapa yang tidak tau kalau rata-rata laki-laki di dunia ini sangat suka gadis liar dan nakal, suka memakai pakaian seksi dengan dandanan mencolok. Membuatku minder dan tidak percaya akan diriku sendiri. Tapi itu dulu, sekarang aku belajar mencintai diriku sendiri. Dan tanpa ku sadari, tak hanya aku yang mencintai diriku, orang yang tak kusangka yang pernah hadir dan sempat mengacaukan detak jantungku dulu juga ikut mencintaiku.


Dia datang membawa cinta, melukis senyumku yang paling merekah, hingga tanpa sadar tercetak lobang kecil di kedua pipiku membentuk lesung. Detak jantungku yang mulai normal, kembali terpacu, seakan-akan rongganya tak cukup muat untuk menampung getaran yang ku rasakan. Tapi tunggu, aku tidak ingin dia merasakan cintaku dengan begitu mudah setelah ia membuatku menunggu terlalu lama hanya karena wanita yang ia kira Cinderella itu.


Aku hanya ingin membuatnya benar-benar menjadi seorang pangeran di hatiku. Bukannya seseorang yang datang lalu pergi sambil meninggalkan luka yang menganga di hatiku. Bukan…


Mungkin sedikit kejam.Tapi aku hanya ingin tau, apa ia pantas menjadi pangeran yang selama ini aku yakini? My real prince charming?!


aku membuatnya menunggu lama saat aku sedang rapat. Dan aku merasakan emosinya bukan karena waktunya yang habis karena terlalu lama menungguku, melainkan cemburu dengan teman satu rapatku.


Aku tersenyum.


Aku membuatnya seolah-olah merasa tidak berarti di mataku agar ia berusaha keras membuatku terkesan. Ia mengajakku melihat matahari terbit, matahari terbenam, bahkan melihat bintang jatuh di malam hari.


Aku kembali tersenyum.


Aku tidak membalas smsnya secepat yang aku bisa. Tidak terlalu memedulikan perhatiannya. Bahkan tidak memperhatikannya, seolah-olah ia tidak ada. Tetapi ia tetap mendekatiku dan memerhatikanku, bahkan tidak hanya itu, ia menawarkan perlindungan dan candaan yang sering kali membuatku tertawa terpingkal-pingkal.


Aku tersenyum lagi.


Semua senyum itu aku rangkai menjadi satu, hingga membentuk sebuah kesimpulan I found the one who thinks I’m his princess. Aku memang tidak memiliki gaun indah dan sepatu kaca, juga ibu peri yang bisa mengubahku menjadi cantik jelita. Tapi aku memiliki seseorang yang menyayangiku apa adanya dan selalu membuatku merasa cantik bahkan tanpa make-up.


akhirnya aku merasakannya… tertawa bersama... menangis bersama... berusaha bersama...


Rasanya seperti ingin terus berdoa semoga kebahagiaan ini tidak berakhir selamanya.


0 komentar:

Posting Komentar


up