The Chronicles of Narnie: Prince Caspian


Hwah… aku memang paling suka nonton film yang ‘beginian’… ehem… maksudnya yang bergenre fantasy dan petualangan. Memberi perasaan baru, memberi pengalaman baru, dan memberi rasa baru. Hwaaaah… Edmund ganteng banget sih. Dari film Narnia Singa, Penyihir, dan Jubah pun aku juga udah kesemsem berat dengan yang bernama asli Skandar Keynes.


The Chronicles of Narnia: Prince Caspian adalah satu tahun di dunia manusia sejak Singa, Penyihir, dan Jubah, tapi 1300 tahun di negeri Narnia. Dan selama 1300 tahun itu, Narnia sudah tidak menjadi negeri yang tentram seperti dulu lagi, Narnia mati. Well, film ini diangkat dari buku karangan C. S. Lewis yang diproduksi oleh Walt Disney Pictures yang bercerita tentang seorang pangeran bernama Caspian di negeri Telemarine. Ia terancam oleh usaha pembunuhan yang dilakukan oleh pamannya sendiri, Miraz. Untung saja ada gurunya, Prof. Cornelius, yang menyuruhnya melarikan diri ke hutan. Tapi tetap saja, Miraz mengutus beberapa prajurit untuk mengejar Caspian.



Di tengah jalan, Caspian jatuh dari kuda dan terdampar di tengah-tengah hutan, tempat salah satu sarang orang Narnia. Karena keadaanya yang mendesak, ia teringat dengan perkataan Prof. Cornelius agar menggunakan terompet yang diberikan ketika terdesak. Dan terompet itulah yang memanggil keempat pensieve bersaudara – Peter, Susan, Edmund, dan Lucy- yang tengah berada di stasiun kereta api di inggris. Merekalah yang akan membantu Prince Caspian untuk merebut kerajaannya kembali.

Well, very well. Aku suka banget efek-efeknya. Apalagi saat keempat pensieve bersaudara berada di stasiun kereta untuk menuju ke sekolahnya tetapi tiba-tiba –dengan efek yang sangat mengagumkan- berubah menjadi desa Narnia. Efek ketika pohonnya bisa gerak dan berjalan, well… bisa dilihat juga di Lord of the Ring sih.

Ada cerita menegangkan, ada juga cerita cinta antara si Caspian dengan Susan. Well, walaupun umur mereka berbeda 1300 tahun. Tapi tetap aja… ciuit…

Dan ada juga cerita yang mengharukan. Terlebih ketika perang terjadi di istana Telemarine. Mereka, warga Narnia yang terjebak karena pintu gerbangnya sudah tertutup tetap tidak gentar dan terus meneriakkan, “Demi Aslan.” Sangat mengharukan… I love it.



0 komentar:

Posting Komentar


up